Kampung lele adalah sebutan untuk desa Tegalrejo karena sebagian besar penduduk berprofesi sebagai pembudidaya lele. Awal mula kampung lele yaitu diawali oleh tiga orang petani desa Tegalrejo yaitu Sugiarno, Sugiardi, dan Darsino pada tahun 1990 bermula dari pekarangan rumah yang dijadikan sebagai usaha pembesaran budidaya lele. Usaha lele digunakan sebagai usaha sampingan dari usaha pokok bercocok tanam padi dan palawija. Masyarakat desa Tegalrejo menganggap usaha pembesaran budidaya lele tidak menguntungkan dan berisiko tinggi, tetapi Sugiarno, Sugiardi dan Darsino tetap menjalankan dan lebih berusaha untuk mengembangkan. |
Usaha yang dijalankan Sugiarno, Sugiardi dan Darsino semakin
berkembang dan lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha pokok
bercocok tanam padi dan palawija. Kondisi tersebut menjadi inspirasi
masyarakat desa Tegalrejo bahwa usaha pembesaran lele lebih
menguntungkan dan dapat dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Tahun 1993 masyarakat Tegalrejo mulai mengikuti jejak Sugiarno, Sugiardi
dan Darsino untuk membudidayakan lele. Berkembangnya usaha pembesaran
lele maka terbentuklah kelompok usaha budidaya lele yang berjumlah 16
orang dan kelompok tersebut bernama Bangkit Bangun Kelompok Ikan
Tegalrejo.
Tahun 1998, usaha semakin berkembang, semakin luas kolam usaha
budidaya lele dan jumlah anggota kelompok semakin banyak yang bergabung
yaitu berjumlah 70 orang. Bertambahnya jumlah anggota kelompok, Darsino
membuat struktur kelembagaan agar terkoordinir dengan baik. Darsino dan
anggota masyarakat yang lain mengubah nama kelompok menjadi Karya Mina
Utama, dimana karya berarti bekerja, mina berarti ikan dan utama adalah
pokok.
Tahun 2006, kelompok Karya Mina Utama
semakin maju dan dapat memproduksi lele sebesar 7 ton per hari sehingga
pada tanggal 7 juni 2006 desa Tegalrejo didatangi oleh gebernur jawa
tengah bapak Mardiayanto. Bapak Mardiyanto memberi nama pada desa
Tegalrejo sebagai Kampung Lele.
Tahun demi tahun kampung lele semakin
berkembang dengan berdirinya pengelolaan produk ikan lele yang terdiri
dari abon lele, keripik ekor dan keripik sirip lele. Pada tanggal 20
februari 2007 kampung lele mendapat kunjungan dari presiden rebuplik
Indonesia, bapak Susilo Bambang Yudoyono. Presiden memberikan
penghargaan kepada Darsino selaku ketua kelompok mina karya utama yaitu
satya lancana wira karya. Tahun 2009 menteri kelautan dan perikanan,
Fadel Muhammad berkunjung dan memberikan perluasan kolam pada kampung
lele untuk meningkatkan produksi olahan dan trobosan pasar sehingga
dapat menjamin produksi pasar.
POTENSI PERIKANAN DI BOYOLALI
Jenis Ikan | Kolam/Kg | Perairan Umum (Kg) |
Tawes Mujahir Nila Lele Karper |
42.157 34.216 45.860 4.380.000 72.541 |
25.813 27.525 39.875 48.139 31.245 |
Bisa dilihat dalam tabel bahwa jika dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya, lele menempati urutan teratas diantara 4 komoditi lainnya di Boyolali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar